Senin, 16 Juli 2012

Wisata Kabupaten Karanganyar

Kabupaten Karanganyar terletak di sebelah Timur wilayah Solo. Dengan keindahan pemandangan yang mempesona di kawasan Gunung Lawu. Kabupaten ini memiliki potensi pengembangan yang sangat tinggi di bidang Sumber Daya Alam dan Ekowisata, yang semakin diperkuat dengan keramah-tamahan penduduk. Kesuburan tanah dimanfaatkan untuk produk-produk pertanian dan perkebunan. Sektor peternakan juga meberikan porsi yang besar sebagai output dari Kabupaten ini. Dengan kondisi alam yang indah, Karanganyar memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Baik itu wisata alam ataupun peninggalan sejarah yang terletak di tempat wisata alam tersebut. Sehingga menjadikan suatu kunjungan yang unik bagi para wisatawan.
Wisata Kabupaten Karanganyar
Grojogan Sewu

Objek Wisata yang banyak dikunjungi wisatawan Nusantara, dan Mancanegara, dapat dijangkau dengan berbagai kendaraan. Jarak 27 km ke arah timur Kota Karanganyar. Kawasan hutan yang banyak ditumbuhi berbagai jenis pohon hutan dan dihuni oleh sekelompok kera jinak.

Spesifikasi Hutan Wisata ini adalah adanya Air Terjun setinggi 81 meter dikenal dengan nama Air Terjun Grojogan Sewu Tawangmangu. Perpaduan serasi antara Hutan dan Air Terjun merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Obyek wisata ini berkali-kali menjadi Obyek Wisata Teladan Tingkat Propinsi Jawa Tengah.

Fasilitas Pendukung

Taman Binatang Hutan, Kolam Renang, Shelter, Warung Makan, Kios Buah-buahan dan Cinderamata, Mushola dan MCK.

Wisata Kabupaten Karanganyar
Perkebunan Teh Kemuning
Selama perjalanan dari candi Sukuh ke candi Cetho akan melalui jalan yang berkelok-kelok dengan keindahan hamparan hijau kebun teh yang berbukit-bukit, hawa yang sejuk dan segar. Perkebunan teh itu dikelola oleh PT Agro Kemuning Tourism.

Wisata Kabupaten Karanganyar
Candi Sukuh

Candi Sukuh jarak berada 20 km ke arah timur Kota Karanganyar. Satu - satunya candi yang erotik dan Unik di Indonesia, hampir menyamai candi yang ada di Guatemala (AS), berbentuk (limas terpotong yang merupakan gambaran keterbatasan ilmu manusia, dibangun pada abad 15.

Bangunan candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang menyolok pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bahkan bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru.

Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk piramida di Mesir. Di bawah akan dibahas lebih lanjut mengenai bentuk ini.

Kesan kesederhanaan ini menarik perhatian arkeolog termashyur Belanda W.F. Stutterheimpada tahun 1930. Beliau lalu mencoba menjelaskannya dengan memberikan tiga argumen: pertama, kemungkinan pemahat candi Sukuh bukan seorang tukang batu melainkan tukang kayu dari desa dan bukan dari kalangan keraton, kedua candi dibuat dengan agak tergesa-gesa sehingga kurang rapi atau ketiga, keadaan politik kala itu dengan menjelang keruntuhannya Majapahit karena didesak oleh pasukan Islam Demak tidak memungkinkan untuk membuat candi yang besar dan megah.

Para pengunjung yang memasuki pintu utama lalu memasuki gapura terbesar akan melihat bentuk arsitektur khas bahwa ini tidak disusun tegak lurus namun agak miring, berbentuk trapesium dengan atap di atasnya.
Batu-batuan di candi ini berwarna agak kemerahan, sebab batu-batu yang dipakai adalah jenis andesit.
Wisata Kabupaten Karanganyar
Candi Cetho

Candi Hindu ini dibangun sekitar abad 15 pada akhir jaman kerajaan Hindu majapahit oleh Brawijaya V. Mempunyai 9 tingkatan dengan arsitektur yang mirip dengan pura-pura di Bali. Di sekitar komplek candi ini terdapat patung Saraswati sumbangan dari Kabupaten Gianyar dan melambangkan ilmu pengetahuan.

Candi Ceto merupakan bangunan candi yang menyerupai pura-pura yang ada di Bali, masing-masing 910 dan 1400 rneter diatas permukaan air laut jarak 9 km ke arah utara Candi Sukuh. Sejumlah relief candi yang menghiasi adalah gambaran tentang kehidupan manusia, hidup dan mati. Diantaranya tentang Upacara Tradisional Ruwatan dan juga kehidupan seksual manusia.

Candi ini berada tepat di sebelah barat lereng Gunung Lawu, dikelilingi oleh Hutan Pinus, sekaligus merupakan Gardu Pandang terhadap Pemandangan mempesona yang ada di lereng Gumsng Lawu.
Wisata Kabupaten Karanganyar
Air Terjun Parangijo
Berada tidak jauh dari kompleks candi Cetho di Ngargoyoso, Air Terjun Parang Ijo ini menawarkan pemandangan alam yang menarik dengan air terjun dan tebing-tebing yang indah. Diatur dalam sebuah taman yang menarik untuk pengunjung, air terjun dapat dijadikan alternatif obyek wisata setelah turun dari Candi Cetho.
Wisata Kabupaten Karanganyar
Wisata Historis Sondokoro
Agrowisata Sondokoro ini terletak di area Pabrik Gula Tasikmadu PTPN IX. Wisata ini menawarkan wisata historis tempo dulu, dengan dioperasikannya Spoor Teboe, kereta api uap pengangkut tebu. Penumpang diajak untuk menjelajah masuk area pabrik gula dengan kereta berbahan bakar kayu itu. Selain itu di kawasan wisata ini terdapat pula, taman bermain, outbound, kolam renang dan resto Sondokoro dengan hidangan khas ikan bakarnya.
Wisata Kabupaten Karanganyar
Pemandian Sapta TirtaSumber Air Pablengan merupakan pemandian bersejarah peninggalan masa kerajaan Mangkunegara VI. Terdapat bangunan sakral berupa pemandian terbuka yang disebut Pemandian Kaputren, yang memiliki 6 kamar mandi. Pablengan memiliki tujuh macam sumber alam alami berbeda jenis yang letaknya sangat berdekatan yaitu Air Hangat, Air Dingin, Air Hidup, Air Mati, Air Soda, Air Bleng, dan Air Urus Urus.

Wisata Kabupaten Karanganyar
Astana Mangadeg
Astana Mangadeg merupakan kompleks pemakaman para penguasa istana Mangkunegaran (salah satu pecahan dinasti Mataram) yaitu makam Mangkunegara I, II, III. Astana Mangadeg berada di lereng gunung Lawu dengan ketinggian 750 meter dari atas permukaan laut, terletak di desa Karang Bangun, Kecamatan Matesih.


Wisata Kabupaten Karanganyar
Astana Giri Bangun

Astana Giribangun adalah sebuah mausoleum bagi keluarga mantan presiden Indonesia ke-2, Suharto. Lokasinya berada di sebelah timur kota Surakarta, Indonesia, tepatnya di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, sekitar 35 km dari Surakarta.

Makam ini dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Astana Mangadeg, komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram. Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan Giribangun pada 666 meter dpl.

Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, MN II, dan MN III. Pemilihan posisi berada di bawah Mangadeg itu bukan tanpa alasan; untuk tetap menghormat para penguasa Mangkunegaran, mengingat Ibu Tien Soeharto adalah keturunan Mangkunegoro III. Komplek makam ini memiliki tiga tingkatan cungkup (bangunan makam): cungkup Argo Sari teletak di tengah-tengah dan paling tinggi, di bawahnya, terdapat cungkup Argo Kembang, dan paling bawah adalah cungkup Argo Tuwuh. Pintu utama Astana Giribangun terletak di sisi utara. Sisi selatan berbatasan langsung di jurang yang di bawahnya mengalir Kali Samin yang berkelok-kelok indah dipandang dari areal makam.

Terdapat pula pintu di bagian timur kompleks makam yang langsung mengakses ke Astana Mangadeg. Selain bangunan untuk pemakaman, terdapat sembilan bangunan pendukung lainnya. Di antaranya adalah masjid, rumah tempat peristirahatan bagi keluarga Soeharto jika berziarah, kamar mandi bagi peziarah utama, tandon air, gapura utama, dua tempat tunggu atau tempat istirahat bagi para wisatawan, rumah jaga dan tempat parkir khusus bagi mobil keluarga. Di bagian bawah, terdapat ruang parkir yang sangat luas.

Di masa Soeharto berkuasa, di areal ini terdapat puluhan kios pedagang yang berjualan suvenir maupun makanan untuk melayani peziarah dan wisatawan. Namun kini di tempat itu tidak diizinkan lagi menjadi tempat berjualan dengan alasan keamanan dan ketenangan.

Green Canyon (Cukang Taneuh) Ciamis


Cukang Taneuh atau Green Canyon adalah salah satu objek wisata di Jawa Barat yang terletak di Desa Kertayasa Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis ± 31 km dari Pangandaran. Objek wisata ini merupakan aliran sungai Cijulang yang menembus gua dengan stalaktit dan stalaknit yang mempesona serta diapit oleh dua bukit dengan bebatuan dan rimbunnya pepohonan menyajikan atraksi alam yang khas dan menantang.
Green Canyon (Cukang Taneuh) Ciamis
OBJEK wisata alam Green Canyon merupakan objek wisata yang memiliki beraneka ragam pesona dan daya tarik wisata yang mampu menarik puluhan ribu wisatawan setiap tahun.

Objek wisata alam Green Canyon terletak di Desa Kertayasa,Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, sekitar 31 km dari Objek Wisata Pangandaran ke arah selatan. Untuk mencapai lokasi ini, wisatawan bisa menempuh melalui jalan darat dan udara. Karena, objek wisata ini berdekatan dengan Bandara Udara Nusawiru.

Green Canyon pada mulanya hanya sebuah tempat yang memiliki potensi ragam panorama alam, berupa aliran air Sungai Cijulang, tepat di hulu sungai terdapat sebuah gua yang terbentuk oleh sebuah jembatan tanah memiliki stalaktit dan stalaknit yang sangat menakjubkan, aliran air yang jernih akibat kedalaman terlihat memantulkan warna kehijauan, serta diapit dua bukit dengan bebatuan dan rimbunnya pepohonan.

Keindahan alam tersebut ternyata mampu menarik perhatian orang banyak. Untuk itu, masyarakat setempat berinisiatif mengelola tempat itu secara tradisional. Seiring peningkatan pengunjung, pada 1986 silam, kawasan tersebut diputuskan untuk dikelola desa, melalui sebuah lembaga yang terbentuk,yakni Lembaga Kerja Masyarakat Desa (LKMD).

Kawasan tersebut ditetapkan menjadi tempat wisata, setelah Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis mengambil alih pengelolaan pada 1991 lalu. Untuk meningkatkan pengelolaan wisata, pada 1996 dibentuklah sebuah organisasi kepariwisataan Objek Wisata Green Canyon, yang terdiri atas petugas Disbudpar dan Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata (Kompepar).
Green Canyon (Cukang Taneuh) Ciamis
Di bawah pengelolaan organisasi kepariwisataan gabungan ini, sepanjang tahun puluhan ribu pengunjung berdatangan ke tempat tersebut. Nama Green Canyon sangat akrab disapa masyarakat. Semula masyarakat setempat menyebutnya Cukang Taneuh (Jembatan Tanah) karena tepat di hulu aliran Sungai Cijulang, terdapat sebuah jembatan tanah selebar tiga meter,dengan panjang 40 meter.

Jembatan yang menghubungkan dua tebing di atas aliran air sungai itu membentuk sebuah terowongan, yang disebut Green Canyon. Nama itu, pertama kali dilontarkan pengunjung (turis) asal Amerika bernama Bill Joness (Bill John), pada 1989 lalu.

Bill Joness sempat menyusuri lokasi tersebut menggunakan perahu kayuh tanpa mesin, sepulang dari perjalanannya, dia memberikan komentar sungai tersebut memiliki kesamaan dengan Green Canal di Colorado Amerika Serikat, atau Okazaki, Kyoto, Jepang, dan disebutlah sungai itu Green Canyon.

Objek wisata alam Green Canyon memiliki 2 dermaga perahu yang masingmasing memiliki fungsi berbeda. Dermaga 1 berfungsi tempat pemberangkatan perahu beserta wisatawan yang hendak melakukan perjalanan menuju objek wisata alam Green Canyon. Dermaga ini terletak di Dusun Ciseureuh, Desa Cijulang.

Sementara, dermaga 2 berfungsi sebagai tempat peristirahatan perahu dan wisatawan yang hendak melakukan perjalanan wisata menuju Green Canyon, terutama apabila di daerah wisata sudah tidak menampung perahu beserta wisatawan. Dermaga 2 terletak di dekat lokasi wisata Green Canyon, jarak dari Dermaga 1 ke Dermaga 2 sekitar 3,5 km.
Green Canyon (Cukang Taneuh) Ciamis
Untuk sampai di kawasan wisata Green Canyon,pengunjung harus menaiki perahu dengan membayar tiket seharga Rp75.000 per perahu. Sekali jalan maksimal diisi 5 penumpang,perahu-perahu itu selalu stand by di dermaga 1 di bawah pengelolaan Kompepar.

Bagi pengunjung yang tidak bisa berenang, nakhoda perahu selalu menyiapkan pelampung agar terhindar risiko terburuk. Sepanjang perjalanan menyusuri aliran air Sungai Cijulang dari dermaga hingga menembus gua menghabiskan waktu 15-20 menit. Saat berada dalam perahu, pengunjung dihadapkan dengan pemandangan dua bukit kokoh berupa bebatuan dan rimbunnya pepohonan.

Beberapa bukit yang dilalui sesekali serasa menyempit dan melebar akibat pengaruh kecepatan perahu. Tidak jarang ditemukan ada kedua bukit yang menikung (berbelok), ketinggian bukit mencapai 20-30 meter. Ada pula yang terlihat hanya hamparan tanah dipenuhi rumput dan lumut.

Pesona lain, dapat dirasakan dengan kondisi air yang tenang. Suasana di sekitar sungai begitu sunyi dan menantang. Sesekali rasa gugup menghampiri. Sepanjang perjalanan, suara yang terdengar hanya suara yang timbul dari mesin yang ditempel pada bagian belakang perahu. Sesekali terdengar pula suara kicau burung, tetapi sangat langka.

Hewan yang terdapat di Green Canyon dilindungi pemerintah. Umumnya, hewan langka seperti ular kobra, monyet, burung jalak, ikan hias, dan buaya. Dalam perjalanan menuju gua, sejumlah hewan itu kerap dijumpai di tepi tepi bukit. Selain hewan, banyak pula tumbuhan yang dianggap langka dan unik, yaitu semacam tanaman paku-pakuan dan jenis lelumutan.
Green Canyon (Cukang Taneuh) Ciamis Green Canyon (Cukang Taneuh) Ciamis
Namun, tumbuhan yang mendominasi sepanjang aliran sungai selain pohon kelapa, terdapat pohon jambu kopo (sejenis jambu air berwarna putih). Pohon itu hanya berbuah saat menjelang pergantian musim dari penghujan menuju musim kemarau.

Setelah menempuh perjalanan air, sampailah di gua Green Canyon. Suasana terasa sejuk penuh nuansa petualang. Perahu yang membawa wisatawan, hanya bisa mengantar hingga di bawah gua. Selanjutnya pengunjung harus turun menapaki cadas kokoh, di antara dua tebing yang menjulang sangat tinggi.

Aliran air menetes berjatuhan terasa mendarat membasahi kepala dan punggung saat berada di bawah gua. Petualangan yang menantang tidak hanya sampai di gua. Tempat lainnya adalah air terjun pelatar atau air terjun abadi.

Dinamakan air terjun abadi karena selain memiliki keindahan alam tersendiri, airnya tidak pernah berhenti mengalir sepanjang masa dari atas dinding bebatuan gua Green Canyon. Selain itu juga ada batu payung. Batu ini mempunyai bentuk yang unik seperti payung.

Upacara Ngaben Bali

Ngaben adalah upacara penyucian atma (roh) fase pertama sbg kewajiban suci umat Hindu Bali terhadap leluhurnya dengan melakukan prosesi pembakaran jenazah. Seperti yg tulis di artikel ttg pitra yadnya, badan manusia terdiri dari badan kasar, badan halus dan karma. Badan kasar manusia dibentuk dari 5 unsur yg disebut Panca Maha Bhuta yaitu pertiwi (zat padat), apah (zat cair), teja (zat panas) bayu (angin) dan akasa (ruang hampa). Kelima unsur ini menyatu membentuk fisik manusia dan digerakan oleh atma (roh). Ketika manusia meninggal yg mati adalah badan kasar saja, atma-nya tidak. Nah ngaben adalah proses penyucian atma/roh saat meninggalkan badan kasar.
Upacara Ngaben Bali
Ada beberapa pendapat ttg asal kata ngaben. Ada yg mengatakan ngaben dari kata beya yg artinya bekal, ada juga yg mengatakan dari kata ngabu (menjadi abu), dll.

Dalam Hindu diyakini bahwa Dewa Brahma disamping sbg dewa pencipta juga adalah dewa api. Jadi ngaben adalah proses penyucian roh dgn menggunakan sarana api sehingga bisa kembali ke sang pencipta yaitu Brahma. Api yg digunakan adalah api konkrit untuk membakar jenazah, dan api abstrak berupa mantra pendeta utk mem-pralina yaitu membakar kekotoran yg melekat pada atma/roh.

Upacara Ngaben atau sering pula disebut upacara Pelebon kepada orang yang meninggal dunia, dianggap sangat penting, ramai dan semarak, karena dengan pengabenan itu keluarga dapat membebaskan arwah orang yang meninggal dari ikatan-ikatan duniawinya menuju sorga, atau menjelma kembali ke dunia melalui rienkarnasi. Karena upacara ini memerlukan tenaga, biaya dan waktu yang panjang dan besar, hal ini sering dilakukan begitu lama setelah kematian.

Untuk menanggung beban biaya, tenaga dan lain-lainnya, kini masyarakat sering melakukan pengabenan secara massal / bersama. Jasad orang yang meninggal sering dikebumikan terlebih dahulu sebelum biaya mencukupi, namun bagi beberapa keluarga yang mampu upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya dengan menyimpan jasad orang yang telah meninggal di rumah, sambil menunggu waktu yang baik. Selama masa penyimpanan di rumah itu, roh orang yang meninggal menjadi tidak tenang dan selalu ingin kebebasan.

Hari baik biasanya diberikan oleh para pendeta setelah  melalui konsultasi dan kalender yang ada. Persiapan biasanya diambil jauh-jauh sebelum hari baik ditetapkan. Pada saat inilah keluarga mempersiapkan "bade dan lembu" terbuat dari bambu, kayu, kertas yang beraneka warna-warni sesuai dengan golongan  atau kedudukan sosial ekonomi keluarga bersangkutan.
Upacara Ngaben Bali
Prosesi ngaben dilakukan dgn berbagai proses upacara dan sarana upakara berupa sajen dan kelengkapannya sbg simbol-simbol seperti halnya ritual lain yg sering dilakukan umat Hindu Bali. Ngaben dilakukan untuk manusia yg meninggal dan masih ada jenazahnya, juga manusia meninggal yg tidak ada jenazahnya spt orang tewas terseret arus laut dan jenazah tdk diketemukan, kecelakaan pesawat yg jenazahnya sudah hangus terbakar, atau spt saat kasus bom Bali 1 dimana beberapa jenazah tidak bisa dikenali karena sudah terpotong-potong atau jadi abu akibat ledakan.

Untuk prosesi ngaben yg jenazahnya tidak ada dilakukan dengan membuat simbol dan mengambil sekepal tanah dilokasi meninggalnya kemudian dibakar. Banyak tahap yg dilakukan dalam ngaben. Dimulai dari memandikan jenazah, ngajum, pembakaran dan nyekah. Setiap tahap ini memakai sarana banten (sesajen) yg berbeda-beda. Ketika ada yg meninggal, keluarganya akan menghadap ke pendeta utk menanyakan kapan ada hari baik utk melaksanakan ngaben. Biasanya akan diberikan waktu yg tidak lebih dari 7 hari sejak hari meninggalnya.

Setelah didapat hari H (pembakaran jenazah), maka pihak keluarga akan menyiapkan ritual pertama yaitu nyiramin layon(memandikan jenazah). Jenazah akan dimandikan oleh kalangan brahmana sbg kelompok yg karena status sosialnya mempunyai kewajiban untuk itu. Selesai memandikan, jenazah akan dikenakan pakaian adat Bali lengkap. Selanjutnya adalah prosesi ngajum, yaitu prosesi melepaskan roh dengan membuat simbol2 menggunakan kain bergambar unsur2 penyucian roh.
Upacara Ngaben Bali
Pada hari H-nya, dilakukan prosesi ngaben di kuburan desa setempat. Jenazah akan dibawa menggunakan wadah, yaitu tempat jenazah yg akan diusung ke kuburan. Wadah biasanya berbentuk padma sbg simbol rumah Tuhan. Sampai dikuburan, jenazah dipindahkan dari wadah tadi ke pemalungan, yaitu tempat membakar jenazah yg terbuat dari batang pohon pisang ditumpuk berbentuk lembu.

Disini kembali dilakukan upacara penyucian roh berupa pralina oleh pendeta atau orang yg dianggap mampu untuk itu (biasanya dari clan brahmana). Pralinaadalah pembakaran dgn api abstrak berupa mantra peleburan kekotoran atma yg melekat ditubuh. Kemudian baru dilakukan pembakaran dgn menggunakan api kongkrit. Jaman sekarang sudah tidak menggunakan kayu bakar lagi, tapi memakai api dari kompor minyak tanah yg menggunakan angin.

Umumnya proses pembakaran dari jenazah yg utuh menjadi abu memerlukan waktu 1 jam. Abu ini kemudian dikumpulkan dalam buah kelapa gading untuk dirangkai menjadi sekah. Sekah ini yg dilarung ke laut, karena laut adalah simbol dari alam semesta dan sekaligus pintu menuju ke rumah Tuhan. Demikian secara singkat rangkaian prosesi ngaben di Bali. Ada catatan lain yaitu utk bayi yg berumur dibawah 42 hari dan atau belum tanggal gigi, jenazahnya harus dikubur. Ngabennya dilakukan mengikuti ngaben yg akan ada jika ada  keluarganya meninggal.

Status kelahiran kembali roh orang yang meninggal dunia berhubungan erat dengan karma dan perbuatan serta tingkah laku selama hidup sebelumnya.  Secara umum, orang Bali merasakan bahwa roh yang lahir kembali ke dunia hanya bisa di dalam lingkaran keluarga yang ada hubungan darah dengannya. Lingkaran hidup mati bagi orang Bali adalah karena hubungannya dengan leluhurnya.

Setiap orang tahu bahwa di satu saat nanti dia akan menjadi leluhur juga, yang di dalam perjalannya di dunia lain harus dipercepat dan mendapatkan perhatian cukup bila sewaktu-waktu nanti kembali menjelma ke Pulau yang dicintainya, Pulau Bali.

Gunung Bromo (Taman Nasional Bromo-Semeru)

Taman Nasional Bromo-Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian 2392 m dari permukaan laut. Bromo memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun.
Gunung Bromo (Taman Nasional Bromo-Semeru)
Apabila Anda berwisata ke Jawa Timur, sangat disayangkan jika tidak mengunjungi Kawasan Wisata Alam Taman Nasional Bromo " Semeru. Apalagi ditambah dengan kondisi udara yang masih segar, dingin dan alam pegunungan yang menawan.

Taman Nasional Bromo-Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian 2392 m dari permukaan laut.

Pegunungan Bromo-Semeru, merupakan pegunungan yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Kawasan wisata ini menjanjikan sebuah keindahan yang tak bisa anda temui di tempat lain. Dari puncak gunung berapi yang masih aktif ini, anda bisa menikmati hamparan lautan pasir seluas 10km persegi, dan menyaksikan kemegahan gunung Semeru yang menjulang menembus awan. Anda juga bisa menatap indahnya matahari beranjak keluar dari peraduannya.

Selain menyaksikan keindahan panorama yang ditawarkan oleh Bromo-Semeru, apabila Anda datang di waktu yang tepat, maka Anda dapat menyaksikan Upacara Kesodo, yang diadakan oleh masyarakat Tengger. Upacara ini biasanya dimulai pada saat tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kesodo [ke-sepuluh] menurut penanggalan Jawa.

Upacara Kesodo merupakan upacara untuk memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit, yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dengan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Saat prosesi berlangsung, masyarakat Tengger lainnya beramai-ramai menuruni tebing kawah dan sesaji yang dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang berkah dari Yang Maha Kuasa.
Gunung Bromo (Taman Nasional Bromo-Semeru)
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki tipe ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan tahun.

Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara gunung (Casuarina sp.), eidelweis (Anaphalis javanica), berbagai jenis anggrek dan jenis rumput langka (Styphelia pungieus).

Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia di taman nasional ini

Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa (Cervus timorensis ), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak ), ayam hutan merah (Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus ), ajag (Cuon alpinus ); dan berbagai jenis burung seperti alap-alap burung (Accipiter virgatus ), rangkong (Buceros rhinoceros silvestris), elang ular bido (Spilornis cheela bido), srigunting hitam (Dicrurus macrocercus), elang bondol (Haliastur indus), dan belibis yang hidup di Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo.
Gunung Bromo (Taman Nasional Bromo-Semeru)
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Suku Tengger yang berada di sekitar taman nasional merupakan suku asli yang beragama Hindu. Menurut legenda, asal-usul suku tersebut dari Kerajaan Majapahit yang mengasingkan diri. Uniknya, melihat penduduk di sekitar (Su-ku Tengger) tampak tidak ada rasa ketakutan walaupun menge-tahui Gunung Bromo itu berbaha-ya, termasuk juga wisatawan yang banyak mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada saat Upacara Kasodo.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:

Cemorolawang.
Salah satu pintu masuk menuju taman nasional yang banyak dikunjungi untuk melihat dari kejauhan hamparan laut pasir dan kawah Bromo, dan berkemah.

Laut Pasir Tengger dan Gunung Bromo.
Berkuda dan mendaki gunung Bromo melalui tangga dan melihat matahari terbit.

Pananjakan.
Melihat panorama alam gunung Bromo, gunung Batok dan gunung Semeru.

Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Puncak Gunung Semeru.
Danau-danau yang sangat dingin dan selalu berkabut (± 2.200 m. dpl) sering digunakan sebagai tempat transit pendaki Gunung Semeru (3.676 m. dpl).

Ranu Darungan.
Berkemah, pengamatan satwa/ tumbuhan dan panorama alam yang menawan.

Musim kunjungan terbaik:
bulan Juni s/d Oktober dan bulan Desember s/d Januari.
Gunung Bromo (Taman Nasional Bromo-Semeru)
Cara Mencapai Daerah Ini 
Anda dapat mencapai daerah ini dengan menggunakan mobil pribadi ataupun menyewa kendaraan. Ada empat pintu gerbang utama untuk memasuki kawasan taman nasional ini yaitu: desa Cemorolawang jika melalui jalur Probolinggo, desa Wonokitri dengan jalur Pasuruan, desa Ngadas dari jalur Malang dan desa Burno adalah jalur Lumajang.

Adapun rute yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
Pasuruan-Warung Dowo-Tosari-Wonokitri-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 71 km, Malang-Tumpang-Gubuk Klakah-Jemplang-Gunung Bromo menggunakan mobil dengan jarak 53 km. Atau dari Malang-Purwodadi-Nongkojajar-Tosari-Wonokitri-Penanjakan sekitar 83 km

Tempat Menginap 
Berbagai hotel dan penginapan dapat ditemukan disekitar area Taman Nasional Bromo-Semeru, mulai dari losmen sampai dengan hotel berbintang 4 dapat di jadikan pilihan untuk menginap di Bromo. Rata rata setiap hotel memasang tarif yang terjangkau.


Tempat Bersantap 
Agak sedikit sulit untuk menemukan tempat makan di area ini terutama pada malam hari. Akan tetapi, apabila Anda menginap di desa Wonokitri, sekitar 3 km ke bawah tepatnya di pasar Tosari dapat ditemui beberapa warung makanan yang buka dan menjajakan makanannya hingga pukul 9 malam.

BerkelilingAnda dapat berkeliling ke sekitar areal Taman Nasional dengan menyewa kendaraan jenis jeep 4x4. Atau, jika hanya ingin berkeliling di sekitar area lautan pasir Bromo, Anda dapat menyewa kuda yang banyak tersedia disana.

Buah Tangan 
Anda dapat membeli oleh-oleh atau cinderamata di sekitar point area yang biasa digunakan untuk melihat matahari terbit. Di area ini banyak terdapat kios cinderamata yang menjajakan dagangan mereka seperti kaos atau t-shirt, topi kupluk, syal dan lainnya. Selain itu, di sekitar area laut pasir juga terdapat beberapa penjaja cinderamata yang menjual kaos atau t-shirt yang bertuliskan Gunung Bromo-Semeru.
Gunung Bromo (Taman Nasional Bromo-Semeru)
Rute Pendakian ke Gunung Bromo:

Perjalanan melalui pintu barat dari arah pasuruan yaitu masuk dari desa Tosari untuk menuju ke pusat obyek wisata ( lautan pasir )terbilang berat karena medan yang harus ditempuh tak bisa dilalui oleh kendaraan roda 4 biasa ini dikarenakan jalan turunan dari penanjakan kearah lautan pasir sangatlah curam, kecuali kita menyewa jip yang disediakan oleh pengelola wisata, jadi wisatawan banyak yang berjalan kaki untuk menuju ke pusat lokasi.

Namun apabila kita melalui pintu utara dari arah sebelum masuk probolinggo yaitu pada daerah Tongas, kita akan menuju desa cemoro lawang sebelum turun menuju lautan pasir maka tidaklah terlalu berat dikarenakan turunan dari lerengnya tidaklah terlalu curam sehingga sepeda motor pun dapat melaluinya. Kebanyakan para wisatawan yang ingin mudah mencapai lautan pasir melewati jalur ini. Namun bila anda ingin menyaksikan sunrise yang sering ditampilkan di foto - foto, yang banyak difoto dari puncak penanjakan maka anda lebih praktis melewati jalur pintu barat.

Namun bila anda mempunyai jiwa petualang maka anda dapat mencoba jalur perjalanan yang jarang dilalui wisatawan. Yaitu melalui kota Malang anda masuk melalui kota kecil tumpang kemudian masuk kota pronojiwo lalu akan melalui cagar alam yang sangat indah dari sini anda akan menjumpai pertigaan jalan dimana kearah selatan akan memasuki ranu pane ( kearah gunung semeru ) dan kearah utara anda memasuki lautan pasir bromo yang berada di punggung gunung bromo sebelah selatan. Jalan ini akan mengitari gunung bromo melewati lautan pasir.

Jalur ini sebenarnya tidak terlalu curam dan dapat dilalui sepeda motor, namun memerlukan jiwa petualang karena jalurnya yang masih jarang dilewati. Namun anda akan diganjar dengan rahasia Bromo yang lain, yang sangat jarang dilihat wisatawan, yaitu padang ruput sabana dan bunga yang sangat luas berada dibalik Gunung Bromo. Sungguh pemandangan yang berkebalikan pada sisi Utaranya yang gersang dan berdebu.

Lautan pasir adalah andalan wisata dari gunung Bromo, di alam pegunungan yang sejuk, kita dapat melihat padang pasir dan rerumputan yang luas. Sedangkan yang paling ditunggu dari gunung bromo adalah sightview ketika matahari terbit dan terbenam karena memang akan kelihatan jelas sekali dan sangat indah. Walaupun perjalanan ke Bromo sangat berdebu, tapi tidak terasa, karena keindahan yang disuguhkan benar-benar luar biasa.

Berlibur menuju bromo dapat dibilang praktis bila anda menyukai tipe traveller dan melalui jalur pintu utara. Anda dapat melakukan kunjungan dalam jangka waktu 12 jam saja. tentunya bila anda memulainya dari kota Surabaya, Malang, Jember dan sekitarnya. Perjalanan dapat dimulai dari jam 12 malam sehingga anda akan sampai sekitar pukul 2 - 3 pagi. Dimana anda dapat beristirahat dahulu sebelum melihat sunrise. Penjual makanan dan minuman di areal lautan pasir biasanya sudah buka menjelang pukul 3 pagi, sehingga anda sudah bisa bersiap - siap untuk melakukan pendakian melewati anak tangga puncak bromo yang terkenal itu.

Nikmatilah pemandangan sampai jam 9 pagi dan anda pun dapat kembali sampai di kota keberangkatan anda sekitar 12 siang. Sebagai catatan, apabila anda melakukan perjalanan diareal lautan pasir ditengah kegelapan malam, sebagai patokan menuju areal parkir sekitar Pura anda dapat melihat patok dari beton yang sengaja diberikan sebagai penunjuk menuju areal pura. Dan apabila anda tersesat jangan panik dan meneruskan perjalanan ( apalagi ditengah kabut tebal ), tunggulah karena biasanya mulai jam 2 - 3 pagi beberapa penunggang kuda sewaan melintas diarea lautan pasir.


Tips
  • Musim kunjungan terbaik adalah sekitar bulan Juni s/d Oktober dan bulan Desember s/d Januari.
  • Perlu disiapkan kesehatan prima dan perbekalan penahan dari udara dingin seperti: baju hangat, penutup kepala, kaus tangan penahan udara dingin, serta bekal makanan-minuman secukupnya
  • Perlu diingat bahwa di puncak Penanjakan tidak ada pengginapan maka dari penginapan terdekat harus berangkat pagi-pagi sekitar pukul 03.00-04.00 pagi dini hari.
    Mengingat sulitnya mencari makanan pada malam hari, akan lebih baik apabila Anda membeli persediaan makanan dan minuman sebagai bekal Anda.

Museum Perundingan Linggarjati

Perundingan Linggarjati atau kadang juga disebut Perundingan Linggajati adalah suatu perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan diratifikasi kedua negara pada 25 Maret 1947.
Museum Perundingan Linggarjati
Latar Sejarah

Sebelum menjadi Museum Perundingan Llinggajati bangunan ini berupa gubuk milik Ibu Jasitem (1918), kemudian pada tahun 1921 oleh seorang bangsa Belanda bernama Tersana dirombak menjadi rumah semi permanen, pada tahun 1930-1935 setelah dibeli keluarga Van Ost Dome (bangsa Belanda)   dirombak menjadi rumah tinggal seperti sekarang, kemudian pada tahun 1935 -1946) dikontrak Heiker (bangsa Belanda) dijadikan Hotel yang bernama Rus "Toord".

Keadaan ini berlanjut setelah Jepang menduduki Indonesia dan diteruskan setelah kemerdekaan Indonesia. Pada zaman pendudukan Jepang, hotel tersebut berubah namanya menjadi   Hotel Hokay Ryokan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945 hotel ini diberi nama Hotel Merdeka. Jika diperhatikan, pembagian ruangan dalam Museum Perundingan Linggajati sekarang masih menyerupai pembagian ruangan untuk bangunan hotel.


Pada tahun 1946 di gedung ini berlangsung peristiwa bersejarah yaitu Perundingan antar Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda yang menghasilkan Naskah Linggarjati sehingga gedung ini sering disebut Gedung Perundingan  Linggajati. Sejak aksi militer tentara Belanda ke-2 1948-1950 gedung dijadikan markas Belanda, kemudian pada tahun  1950 - 1975 difungsikan menjadi Sekolah Dasar Negeri Linggajati, selanjutnya pada tahun 1975 Bung Hatta dan Ibu Sjahrir berkunjung dengan membawa pesan bahwa gedung ini akan dipugar oleh Pertamina, tetapi usaha  ini hanya sampai pembuatan bangunan sekolah untuk Sekolah Dasar Negeri Linggajati yang selanjutnya pada tahun 1976 gedung ini oleh diserahkan Kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dijadikan Museum Memorial.
Museum Perundingan Linggarjati
Lokasi Museum
Museum Perundingan Linggajati terletak di Desa Linggajati, dan termasuk dalam Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Desa Linggajati terletak pada ketinggian 400 meter dari permukaan laut. Desa ini diapit oleh tiga desa, yaitu di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Linggamekar, di sebelah utara berbatasan dengan Desa Linggaindah dandi sebelah barat berbatasan dengan Gunung Ciremai. Desa Linggajati berjarak 35 km dari Cirebon dan 17 km dari Kuningan.

Transportasi
Untuk menuju ke museum  dapat ditempat melalui jalan darat: - Jarak dari terminal bus ke museum 22 km - Jarak dari  stasiun kereta api 25 km - Jarak dari Pelabuhan laut 25 km

Koleksi
Koleksi yang dimiliki museum ini adalah berupa naskah perundingan, foto-foto, dan meja kursi. untuk .

Jadwal Kunjung
Waktu jam kunjung museum
a. Senin --Jumat dari pukul 07.00 - 15.00
b. Sabtu - Minggu dari  pukul 08.00 - 17.00

Fasilitas
Bangunan museum berdiri diatas areal seluas 2,4 ha, dengan luas bangunan 800 m2 yang terdiri dari: ruang sidang, ruang sekretaris, kamar tidur Lord Killearn (Inggris), ruang pertemuan Presiden Soekarno dan Lord Killearn, kamar tidur delegasi Belanda, kamar tidur delegasi Indonesia, ruang makan, kamar mandi/WC, ruang setrika, gudang, bangunan paviliun, dan bangunan garasi.

Istana Sultan Siak (Istana Asseraiyah Al Hasyimiah)

Sejak Sultan Syarif Hasyim dinobatkan menjadi raja pada tahun 1889, beliau mulai membangun istana kerajaan dan istana peraduan yang selesai pada tahun 1893. Istana dibangun untuk kepentingan jalannya pemerintahan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Istana Asserayyah Al Hasyimiah, singkatnya disebut Istana Sultan Siak, dalam kepariwisataan disebut "Istana Matahari Timur". Istana Sultan Siak berbentuk arsitektur gaya Eropa, Spanyol, dan Arab dengan perpaduan Melayu tradisional. Dinding istana dihiasi dengan keramik dari Eropa.
 Istana Sultan Siak (Istana Asseraiyah Al Hasyimiah)
Bangunan istana terdiri dari dua lantai, pada lantai dasar terdapat 5 ruangan besar utama yang dipergunakan untuk :

Ruangan depan istana
merupakan ruang tunggu para tamu, di dalamnya terdapat 2 bagian ruang, untuk para tamu terhormat disebut ruangan Kursi Gading, berkain gordin warna hijau lumut khusus untuk tamu kaum laki-laki; dan satu ruang terhormat berikutnya untuk kaum perempuan.

Ruangan di sisi kanan
adalah Ruang Sidang kerajaan dan sekaligus digunakan sebagai ruang pesta.

Ruangan di sisi kiri
adalah upacara adat kerajaan melayu dipergunakan untuk pelantikan, perwakilan, upacara menjunjung duli dan upacara hari-hari besar keagamaan.

Ruangan belakang
adalah sebuah ruang keperluan persiapan perjamuan makan untuk santapan para tamu dan raja-raja serta pembesar kerajaan. Pada ruangan ini terdapat tangga besi spiral indah buatan Jerman untuk tangga naik ke lantai atas. Pada ruang belakang ini terdapat pelantar (koridor) sepanjang 500 meter berbentuk huruf " T ", dipergunakan untuk jamuan makan bagi rakyat umum.

Di lantai atas istana Sultan Siak ini terdapat 4 ruangan berbentuk kamar/bilik dan 2 ruangan berbentuk aula selasar yang dipergunakan untuk tempat istirahat para tamu, serta bagian depan terdapat pelantaran atau tempat peranginan yang menghadap ke taman bunga Panca Wisada dan Sungai Siak.

Pada pintu gerbang istana terdapat patung burung elang menyambar dari perunggu, pada 4 buah pilar istana di ujung puncaknya terdapat patung burung elang menyambar. Burung elang merupakan tanda kebesaran dan keberanian serta kemegahan Kerajaan Siak.
 Istana Sultan Siak (Istana Asseraiyah Al Hasyimiah)
Didalam istana tersimpan barang koleksi sisa peninggalan Sultan Syarif Hasim dan barang-barang persembahan semasa Sultan Syarif Kasim II antara lain :

Komet
Sejenis gramafon raksasa terbuat dari tembaga dengan piring garis tengah 1 meter dari bahan kuningan (pelat kuningan) dapat mengeluarkan bunyi-bunyian musik klasik karya Beethoven dan Mozart, buatan Jerman.

Singgasana
Berupa kursi keemasan yang penuh dengan ukiran yang indah dari bahan kuningan berbalut dengan emas (yang pernah hilang dan dikonservasi kembali oleh Museum Nasional Jakarta).

Payung kerajaan
Berlambang naga berjuang dan kalimat Allah serta tulisan Muhammad bertangkup dari kain sutera kuning keemasan.
 Istana Sultan Siak (Istana Asseraiyah Al Hasyimiah)
Senjata Kerajaan Melayu
Tombak, keris, meriam, serta alat nobat, cermin mustika, kursi-kursi, lampu-lampu kristal beratnya 1 ton, barang-barang keramik dari Cina dan Eropa, diorama, patung perunggu Ratu Belanda Helmina dan patung pualam Sultan bermata berlian, benda-benda upacara lain, serta piring-piring, cangkir, gelas, sendok bermerk lambang kerajaan.

Lambang dan Bendera Kerajaan Siak
Bendera berwarna kuning keemasan, di tengah terdapat lambang kerajaan bermotif kapala naga dan berjuang. Diatasnya terdapat kalimat Allah serta kaligrafi Muhammad bertangkup.

Mahkota Kerajaan Siak
Dibuat semasa pemerintahan Sultan Siak X, Assyaidis Syarif Kasim Syaifuddin (Syarif Kasim I). Mahkota ini berlapis emas dan bertaburkan permata, sedangkan yang asli terdapat di Museum Nasional Jakarta.
 Istana Sultan Siak (Istana Asseraiyah Al Hasyimiah)
Tempat Pembakar (Setanggi)
Merupakan wewangian yang berasal dari ramuan tumbuh-tumbuhan, dengan membakar setanggi akan keluar aroma yang wangi dan ketika itu berfungsi sebagai pengharum ruangan istana.

Canang
Berbentuk guci terletak di ujung ruangan jamuan istana, bila dipukul canang ini mengeluarkan bunyi gaung, digunakan oleh Sultan untuk memanggil pelayan istana.

Istana Bogor

Istana Bogor memiliki luas areal 28 Ha, didirikan pada tahun 1745 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda bernama Baron Gustaf Willem Van Imhof. Dihalaman Istana terdapat ratusan rusa yang hidup bebas menambah keasrian suasana Istana Bogor. Berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda no. 1, Bogor, Jawa Barat. Telp. (0251) 321001.
Istana Bogor
Istana Bogor merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri. Keunikan ini dikarenakan aspek historis, kebudayaan dan faunayang menonjol. Salah satunya adalah adanya rusa – rusanya yang indah yang didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari dulu sampai sekarang.

Saat ini sudah menjadi trend warga Bogor dan sekitarnya setiap hari Sabtu, Minggu dan hari libur lainnya berjalan- jalan diseputaran Istana Bogor sambil memberi makan rusa- rusa indah yang hidup di halaman Istana Bogor dengan wortel yang diperoleh dari petani- petani tradisional warga Bogor yang selalu siap sedia menjajakan wortel- wortel tersebut setiap hari libur. Seperti namanya, istana ini terletak di Bogor, Jawa Barat.

Walaupun berbagai kegiatan kenegaraan sudah tidak dilakukan lagi, khalayak umum diperbolehkan mengunjungi secara rombongan, dengan sebelumnya meminta izin ke Sekretaris Negara, c.q. Kepala Rumah Tangga Kepresidenan.

Istana Bogor dahulu bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti "tanpa kekhawatiran".

Sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor merupakan tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris.
Istana Bogor
Pada tahun 1744 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff terkesima akan kedamaian sebuah kampung kecil di Bogor (Kampung Baru), sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaranyang terletak di hulu Batavia. Van Imhoff mempunyai rencana membangun wilayah tersebut sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal.

Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744dan berbentuk tingkat tiga, pada awalnya merupakan sebuah rumah peristirahatan, ia sendiri yang membuat sketsa dan membangunnya dari tahun 1745-1750, mencontoh arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Berangsur angsur, seiring dengan waktu perubahan-perubahan kepada bangunan awal dilakukan selama masa Gubernur Jenderal Belanda maupun Inggris (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles), bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan. sehingga yang tadinya merupakan rumah peristirahatan berubah menjadi bangunan istana paladian dengan luas halamannya mencapai 28,4 hektar dan luas bangunan 14.892 m².

Namun, musibah datang pada tanggal 10 Oktober 1834 gempa bumi mengguncang akibat meletusnya Gunung Salak sehingga istana tersebut rusak berat.

Pada tahun 1850, Istana Bogor dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena disesuaikan dengan situasi daerah yang sering gempa itu. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) bangunan lama sisa gempa itu dirubuhkan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa abad ke-19.
Pada tahun 1870, Istana Buitenzorg dijadikan tempat kediaman resmi dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penghuni terakhir Istana Buitenzorg itu adalah Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemeritah pendudukan Jepang. Pada tahun 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi salah satu dari Istana Presiden Indonesia.

Pada tahun 1968 Istana Bogor resmi dibuka untuk kunjungan umum atas restu dari Presiden Soeharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam negeri setahunnya mencapai sekitar 10 ribu orang.

Pada 15 November 1994, Istana Bogor menjadi tempat pertemuan tahunan menteri ekonomi APEC (Asia-Pasific Economy Cooperation), dan di sana diterbitkanlah Deklarasi Bogor. [1] Deklarasi ini merupakan komitmen 18 negara anggota APEC untuk mengadakan perdangangan bebas dan investasi sebelum tahun 2020. Pada 16 Agustus 2002, pada masa pemerintahan Presiden Megawati, diadakan acara "Semarak Kemerdekaan" untuk memperingati HUT RI yang ke-57, dan dimeriahkan dengan tampilnya Twilite Orchestra dengan konduktor Addie MS

Pada 9 Juli 2005 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melangsungkan pernikahan anaknya [2] , Agus Yudhoyono dengan Anisa Pohan di Istana Bogor.

Pada 20 November 2006 Presiden Amerika Serikat George W. Bushmelangsungkan kunjungan kenegaraan ke Istana Bogor dan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kunjungan singkat ini berlangsung selama enam jam.
Istana Bogor
Sebelumnya Istana Bogor dilengkapi dengan sebuah kebun besar, yang dikenal sebagai Kebun Raya Bogornamun sesuai dengan kebutuhan akan pusat pengembangan ilmu pengetahuan akan tanaman tropis, Kebun Raya Bogor dilepas dari naungan istana pada tahun 1817.

Istana Bogor mempunyai bangunan induk dengan sayap kiri serta kanan. Keseluruhan kompleks istana mencapai luas 1,5 hektar.

Menurut data kepustakaan, di Istana Kepresidenan Bogor terdapat 37 bangunan. Beberapa bangunan utama nya memiliki fungsi penting.

Gedung Induk:
Terdiri dari delapan ruang , yaitu Ruang Garuda yang berfungsi sebagai Ruang Resepsi, disini juga pertemuan - pertemuan besar dapat dilaksanakan.  Ruang Teratai yang berfungsi sebagai ruang penerimaan tamu. Ruang Film pernah berfungsi sebagai ruang pemutaran film pada masa Presiden Soekarno. Ruang Makan yang berfungsi sebagai ruang makan utama. Ruang Kerja Presiden yang pernah berfungsi sebagai tempat bekerja Presiden Soekarno. Ruang Perpustakaan yang pernah berfungsi sebagai ruang perpustakaan Presiden Soekarno. Ruang Famili dan Kamar Tidur yang berfungsi sebagai tempat / ruang tunggu Presiden jika akan mengikuti aneka acara di Ruang Garuda. Ruang Tunggu Menteri yang berfungsi sebagai ruang tunggu para menteri jika mereka akan mengikuti acara - acara di Ruang Garuda.


Gedung Utama Sayap Kiri,
Terdiri dari dua ruang, yaitu Ruang Panca Negara, yang pernah berfungsi sebagai ruang Konferensi Panca Negara / persiapan Konferensi Asia Afrika di Bandung, Ruang Tidur dan Ruang Tengah, yang difungsikan sebagai tempat menginap Presiden, tamu negara dan tamu agung.


Gedung Utama Sayap Kanan,
berfungsi sebagai tempat menginap para Presiden sebagai tamu negara berikut tamu - tamu negara, dan tamu - tamu lainnya. Paviliun Sayap Kiri berfungsi sebagai kantor Rumah Tangga Istana Bogor, sedangkan Paviliun Sayap Kanan berfungsi sebagai tempat menginap para pejabat dan staf tamu negara.

Paviliun I-VI.
Paviliun I-V kini digunakan sebagai tempat menginap para pejabat dan merupakan ruang tunggu para menteri apabila ada acara, Paviliun VI digunakan sebagai rumah jabatan kepala istal Di antara bangunan-bangunan lainnya, yang patut dicatat di sini adalah Gedung Dyah Bayurini, yang dilengkapi dengan kolam renang digunakan sebagai tempat istirahat Presiden serta keluarganya jika sedang berada di Bogor. Selain itu, terdapat Gedung Serba Guna yang berfungsi sebagai ruang serba guna: kesenian, pertemuan, tempat artis, dsb. Selebihnya bangunan-bangunan itu merupakan bangunan-bangunan pelengkap kediaman Presiden dan fungsinya pun sejalan dengan jabaran tugas dan fungsi mereka.
Istana Bogor
Karya seni di Istana Bogor

Banyak barang asli turun temurun yang berada di Istana Bogor rusak, hancur, atau hilang pada masa Perang Dunia II. Karena itu, seluruh karya seni dan perabotan klasik yang berada di Istana Bogor bermula dari awal tahun 1950.

Koleksi-koleksi karya seni dan dekorasi internasional banyak berasal dari hadiah negara-negara asing, yang memberikan aksen mewah di Istana Bogor. Salah satunya adalah tempat penyangga lilin cristal bergaya Bohemian dan karpet langka dari Persia yang melapisi lantai ruang utama di Istana Bogor.

Koleksi istana meliputi:
450 lukisan, di antaranya adalah; karya pelukis Indonesia Basuki Abdullah, pelukis Rusia Makowski, dan Ernetst Dezentje, 360 patung.

Susunan lantai keramik mewah yang tersebar di istana. Salah satu dari koleksi keramik yang paling mengesankan, berasal dari Rusia, sumbangan dari Perdana Menteri Khrushchev di tahun 1960.

Hadiah hadiah kenegaraan, di antaranya adalah tengkorak harimau berlapis perak, hadiah dari Perdana Menteri Thanom Kittikachorn dari Thailand pada tahun 1958.